Diam Dalam Islam
Apakah diam diatur dalam Islam?
Oleh Mursyidah Auni
Dari Abu Hurairah RA bahwa rasulullah saw bersabda "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik dan diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya". (HR. Bukhari Muslim)
Sudah jelas bahwa hadis diatas memberikan pemahaman bahwa keutamaan diam sangat baik dalam Islam. Diam pun bisa banyak pengertiannya, baik diam karena kebijakan, kepintaran, diam karena memang orangnya pendiam, diam karena kebodohan dan masih banyak lagi pengertian diam yang memiliki sebab akibat. Dalam komunikasi menurut model S-R ada istilah stimulus dan respon. Jadi sebab akibat diamnya seseorang atau cerewetnya seseorang tergantung bagaimana ia melihat stimulus dan merespon sebuah peristiwa yang dialami.
Adapun poin dari hadis diatas ada 3 poin penting yang dapat kita ambil. Pertama, keharusan menjaga lisan. Kedua keharusan menghormati tetangga. Dan ketiga keharusan memuliakan tamu. Dikutip dari Republika.co.id.
Disini poin paling penting yang akan kita bahas lebih jauh adalah tentang menjaga sebuah lisan. Dapatkah diam itu menjaga lisan? Jelas karena diam adalah salah satu keputusan yang sangat bijak dalam menjaga lisan. Sudahkah kita menjaga lisan dengan benar? Apakah lisan kita tidak pernah menyakiti perasaan orang lain? Inilah kemudian yang harus dijadikan sebagai bahan untuk menginstropeksi diri, apakah lisan yang kita keluarkan bisa memberi manfaat atau hanya sekedar menyakiti dan menambah dosa semata.
وما كان يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
Sudahkah kita mengatakan sesuatu yang baik pada orang lain. Jika perkataan tersebut hanya mendatangkan keburukan alangkah indahnya kita diam tanpa berkata apapun. Jika lisan yang kita keluarkan hanya menyakiti perasaan orang lain keutamaan diamlah lebih baik dari seseorang yang hebat yang tak bisa menjaga adab dalam berkata dan menjaga lisannya. Jika orang hebat dapat ditandai kerena kehebatan berbicaranya tapi disisi lain dari kehebatan berbicaranya itulah yang membuat luka pada orang maka diam lebih baik dari seseorang yang selalu bangga dengan kepiawaiannya dalam berkata.
Ibnul Mubarok ditanya mengenai nasehat Luqman terhadap anaknya, lantas beliau berkata, "Jika berkata (dalam kebaikan) adalah perak, maka diam (dari berkata yang mengandung maksiat) adalah emas. (jami'ul ulum wal hikam)
Imam Al-jalil Abu Muhammad bin Abi Zaid mengatakan bahwa berkata baik atau diam termasuk satu dari empat etika kebaikan yang sangat utama dalam Islam, selain meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat, menahan marah, dan mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.
Menjaga lisan akan membawa pada persaudaraan yang indah, jangan sampai hanya karena sebuah kata yang dikeluarkan oleh lisan persaudaraan hancur begitu saja, persaudaraan yang indah dan damai seketika musnah menjadi debu jalan yang tak berarti. Tak banyak pula kasus yang kita dapatkan bahwa seorang saudara kandung sendiri rela tak berbicara pada sauadaranya hanya karena salah satu diantara mereka tak bisa menjaga lisannya dengan baik, hanya karena tak mau memilih diam mereka seolah merasa paling benar, persaudaraan yang dulu indah itu telah hancur dimenangkan oleh ego yang panas. Padahal ketika salah seorang dapat mengambil kebijakan untuk tetap diam agar tidak mendatangkan kemudharatan maka tidak akan terjadi perihal tersebut yang mana bisa saja melebihi dari sekedar tak berbicara, bisa saja menjadi sebuah pertikaian yang tak diinginkan.
Ada pesan yang perlu kita jadikan pegangan. Sebagaimana dikutip dari perkataan imam Syafi'i ia memberi komentar tentang berkata baik atau diam: hadis ini bermakna apabila seorang hendak berbicara, maka pikirlah terlebih dahulu. Apabila telah jelas bahwa ucapan seorang tersebut akan membawa kemaslahatan maka bicaralah. Dan apabila telah jelas ucapan orang tersebut akan membawa kemudharatan atau ia ragu bahaya dan tidaknya maka diamlah.
Itulah pandangan imam Syafi'i mengenai perihal diam, jangan berkata jika akan menimbulkan kontroversi, jangan berkata jika akan menambah masalah menjadi kian rumit. Bukankah berkata indah akan menemukan sebuah solusi terbaik dan siapapun yang mendengarnya merasa damai. Tak ada lagi perceraian persaudaraan diantara kita dengan tetap menjaga lisan, menjaga tangan untuk tidak melakukan sebuah perbuatan buruk untuk menyebarkan kebencian didunia sosial media. Kita hidup dimana zaman semakin modern, semoga lisan tetap terjaga oleh perkembangan zaman, jadilah kita pengguna yang bijak jika tidak tahu sebaiknya diam. Jika diam adalah solusi maka diamlah kita.
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar