Sebenarnya dia untuk siapa??
Waktu lambat laun pergi meninggalkan kita yang entahlah mengapa bayanganmu selalu saja membekas di kepala bahkan hati. Ia waktu itu memang berjalan untuk memisahkan kita sejauh mungkin, tersadar dalam benakku kau sebenarnya untuk siapa?? Apakah kisah kita hanya sekedar menyisahkan kesedihan diakhir ceritanya.
Kuperhatikan kau kian sibuk dengan duniamu, aku tau kau tak akan pernah lagi menganggapku sebagai prioritasmu. Hingga cepat atau lambat aku menyadari semuanya, ternyata aku terlalu egois. Mengikhlaskanmu adalah langkah terbaik, melupakanmu adalah langkah yang sudah kian lama kupikirkan untuk tak mengenangmu lagi dan meskipun dalam penantianku masih berharap sebenarnya kamu untuk siapa? Berharap kau kembali mengukir cerita seperti dulu lagi bersama dengan diriku. Sudahlah halusinasiku kian hari makin aneh mengharapkanmu kembali sama saja aku berharap pada sesuatu yang samar tidak akan pernah bisa terwujud sampai kapanpun.
Sebenarnya kamu untuk siapa? Wahai kamu yang jauh disana jaga diri, maafkan atas hati yang masih merindukanmu tapi berlagak gengsi, diriku tak berani mencari kontakmu untuk sekedar mengatakan bahwa aku rindu. Gengsi memang selalu memisahkan kita yang membuat para korbannya tak berani untuk sekedar mengucap rindu, kenapa harus ada gengsi jika memang diantara dua insan memang saling merindukan? Mengapa harus ada kata sungkan yang membuat hubungan dua insan semakin rumit. Kata orang, ini masalah hati tetapi apapun bentuk hati, setiap insan memiliki hati yang berbeda-beda setiap insan berbeda dalam menanggapi komunikasi verbal maupun nonverbal yang sedang di lihat oleh mata dan akan menjadikannya nanti sebuah informasi atau sebuah pengalaman.
Atas diri yang masih merindukannya tolong agar kau tetap memahami bahwa disisi lain semua orang tak selamanya akan menjadi milik kita, bahkan terkadang layaknya sebuah persinggahan yang disinggahi hanya untuk sementara apakah itu hanya sekedar berteduh dari hujan atau sebagai tempat peristirahatan dikala penat. Mungkin pula dia cuma singgah di hati serta pikiran untuk sementara dan cuma menjadi cerita dari bagian terkecil dari segala kehidupanku. Untukmu yang sebenarnya untuk siapa? Tak bisa kuhabiskan rasa rindu ini begitu lama ini terlalu menyiksa keadaanku.
Komentar
Posting Komentar