Sikap sosial menghadapi pandemi covid-19

Menanamkan akhlak sosial menghadapi pandemi Covid-19

Oleh Mursyidah Auni

     Tak bisa dipungkiri bahwasanya pandemi yang dialami sekarang dapat mengubah segala aktivitas yang terjadi di muka bumi, ketika pandemi ini menyerang tak ada lagi kegiatan-kegiatan yang begitu ramainya di bumi ini. Hanya karena kuman yang begitu kecil dapat menghentikan segala aktivitas. Aktivitas apapun kini dibatasi bahkan ditiadakan sama sekali. Rasanya sedih tapi mungkin inilah cara tuhan membuat siapapun tersadar atau sedikit mengambil hikmah dari peristiwa pandemi global ini. Dalam pandemi ini pastinya setiap orang berbeda  pandangan dalam mengahadapinya  ada yang menerima dengan lapang, ada yang kecewanya minta ampun, ada yang seolah-olah bahwa takdir tidak memihak, atau bahkan ada yang sampai putus asa, dan masih banyak lagi sikap-sikap yang berbeda dalam menghadapi pandemi ini.

     Lalu apakah kita termasuk seorang hamba yang sudah ikhlas menerima kejadian dan peristiwa yang menimpa sekarang ini? Bayangkan tidak ada lagi perkumpulan yang biasanya dilakukan bersama-sama, tak ada lagi kajian ilmu dan agama yang dilaksanakan, dan lebih sedihnya tidak ada lagi yang mengisi masjid-masjid untuk berjama'ah apalagi di bulan penuh magfirah ini seharusnya masjid yang selalu ramai menjelang ramadhan yang dulunya orang-orang akan berlomba melaksanakan shalat tarwih, tak disangka ramadhan tahun ini begitu berbeda. Ini bukan sama sekali karena congkaknya seorang hamba meninggalkan masjid tapi demi kemudharatan ada baiknya segala aktivitas didahulukan untuk dikerjakan di rumah saja untuk saat ini demi memutus mata rantai virus wabah. Apalagi Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa, pemerintah pun sudah menghimbau para rakyatnya, jangan sampai kita menjadi orang yang paling  sok tahu dengan masalah ini padahal sama sekali tidak memiliki dasar keilmuan. Mereka para ulama adalah orang yang ahli dibidangnya dan para pemerintah baik itu pusat maupun daerah telah memikirkan dan mengambil langkah yang bijak untuk keselamatan rakyat-rakyatnya. Marilah menghadapi pandemi ini dengan sikap yang baik, sikap yang penuh dengan keikhlasan dan ikhtiar. Perlunya kesadaran individu serta perlunya kesadaran sosial untuk menghadapi pandemi ini harus ditanamkan. Jangan menganggap seolah-olah anda sendirilah yang menghadapi dampak dari wabah ini, begitu banyak yang merasakan dampaknya tetapi mereka tangguh dan kuat, menerima dengan hati yang tulus, mari belajar ikhlas dan perlunya muhasabah diri.

     Begitu banyak orang yang takut dalam menghahapi masalah ini, Saat pemberitaan pandemi ini  disampaikan oleh media-media adapula orang yang menyampaikan dengan tidak memiliki rasa tanggung jawab, menyebar atau membuat berita yang sama sekali tidak sesuai dengan instruksi pemerintah atau para ahlinya seperti tim medis. Begitu banyak yang ngeri ketika melihat sebuah pemberitaan pandemi ini dimedia-media padahal media dan sumber tersebut tidak dapat dipercaya sepenuhnya tetapi mungkin masyarakat yang dengan mudah menerimanya pula karena mereka adalah masyarakat yang awam. Perilaku inilah yang kini membuat semua orang merasa takut dan kehilangan kepercayaan disebabkan sumber pemberitaan yang terlalu dilebih-lebihkan. Nah ini salah satu dampak ketika tidak lagi memerhatikan akhlak sosial, bukannya saling merangkul, bukannya saling menguatkan tapi ada saja yang dengan bangganya menyebar berita yang aneh yang sama sekali berbeda dari pemberitaan langsung dari para ahli-ahlinya. 

    Aneh memang dengan negeri ini, bukannya memanfaatkan tekhnologi sebaik mungkin, bukannya memberikan kebaikan melalui media canggih ini tapi justru media canggih inilah yang kini makin parah dari virus itu sendiri. Dimana kini rasa empati antar sesama sebagai individu yang baik kita punya tanggung jawab dan simpati yang besar terhadap lingkungan kita. Saat melihat saudara-saudara kita serta para pahlawan garda terdepan yang telah gugur karena positif covid-19 miris ketika memakamkan mayatnya saja itu sulit sekali dikarenakan keegoisan yang ditanamkan oleh sebagian pihak. Mereka telah berjuang tapi tak dianggap sama sekali, mayatnya saja yang ingin dipulangkan kekampung halaman untuk peristirahatan terakhirnya tidak mendapat simpati dari masyarakat setempat.  Kita wajar takut tapi kemanusiaan dan kehidupan sosial juga perlu, bagaimana dengan perasaan keluarga yang ditinggalkan mereka terpukul karena ditinggalkan tapi disisi lain penderitaan yang kian parah juga dialami,  semakin berat dirasakan karena masyarakat tidak lagi punya kepedulian terhadap mereka. Perlu diketahui sebelum dipulangkan mayat mereka ditutup dengan serapat-rapatnya dan yang memakamkan mayat tersebut adalah pihak dari rumah sakit yang memakai alat pelindung. 

     Saat ini pula pandemi ini melemahkan segala ekonomi, mereka yang susah kini semakin susah sedang yang berkecukupan atau berkelebihan bisa menghadapinya dengan santai, begitu banyak yang kesusahan, marilah sesama tetangga mengulurkan tangan membantu saudara yang lemah, jangan sampai kita termasuk  orang yang mendzholimi tetangga sendiri. Jangan sampai kita dapat tertidur pulas dengan kekenyangan sedang ada tetangga yang sedang dilanda kesusahan dan kelaparan. Individu yang peka pasti punya akhlak sosial yang sangat dermawan kepada tetangga dan masyarakat kesusahan yang ada disekitarnya. Ada istilah dari Ali syari'ati "orang-orang yang tercerahkan adalah orang-orang yang peka terhadap lingkungannya dan mampu menjadi motor bagi masyarakatnya".

     Tebarkannlah manfaat dimasa sulit seperti yang kita jalani sekarang, bukan berarti jaga jarak itu memutuskan silaturahim tapi mari kita sambung silaturahim dengan alat media yang kita punya. Sampaikanlah manfaat serta menguatkan dengan alat tercanggih yang kita miliki bukan  malah menggunakannya untuk menyebar berita hoax atau hanya sekedar pencitraan. Jangan mengucilkan mereka yang terdampak positif covid-19 ini tapi inilah saatnya peran penting untuk menguatkannya dengan cara cukup alternatif kuatkan para keluarga yang terdampak, bukan malah mencaci atau membuatnya drop dengan lisan dan perbuatan buruk kita.

sabda Rasulullah Saw telah mengajarkan kita. "sebarkanlah salam, berilah makan kepada orang yang kelaparan, sambunglah hubungan silaturahmi dan shalatlah (tahajjud tatkala semua orang terlelap tidur) niscaya kamu akan masuk syurga dengan aman dan sejahtera (HR. Tirmidzi).

     Tidak ada alasan untuk tidak berbuat kebaikan, jika pandemi ini melarang kita keluar rumah setidaknya kita masih memiliki seribu cara untuk berbuat kebaikan apalagi kita hidup dizaman modern. Marilah saling mengingatkan pada kebaikan dan saling menguatkan dalan situasi apapun. 
Salam duka untuk bumi kita..

Goresan penaku
Mamuju Tengah, 7 mei 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer