Tahanan

Tahanan Rumah 

Oleh Mursyidah Auni


Yah saat ini kita semua menjadi tahanan rumah, yang terpenjarakan di rumah sendiri selama beberapa bulan. Dengan alasan mungkin pernah berbuat salah sehingga harus di penjarakan di rumah sendiri. Bukan karena berbuat tindak kriminal yang harus di penjarakan di lapas tapi sebuah tindakan yang telah dilakukan oleh setiap manusia di masa sekarang.

Bosan sudah pasti, bayangkan menjadi tahanan rumah saja membuat depresi, bagaimana jadinya ketika menjadi tahanan lapas, 1 minggu saja itu berat apalagi di lakukan berhari-hari, berminggu, bulan bahkan tahun. Harapan kita semoga menjadi tahanan rumah tidak berlangsung begitu lama.

Bulan puasa telah berakhir, sekarang memasuki fase hari raya idul fitri yang mana setiap manusia baik individu maupun kelompok menginginkan silaturahim dengan manusia yang lain. Bukan berarti kita malas untuk melakukan silaturahim saat ini, bukan pula karena gengsi yang selama ini tidak ada kabar lagi. Tapi saya pribadi mengambil kesimpulan dari peristiwa ini bahwa keadaan sakarang memang berbeda saya rasa makin aneh, gengsiannya malah makin jadi-jadi, semua telah berubah seolah sombong dan cuek, tidak usah malu memohon maaf kita kembali ke fitrah, saling memaafkan walau hanya lewat chat tapi kata-kata legend dari kita sebagian yaitu "gengsi dong harus chat duluan". Apasih?. Dilihat makin kesini semua makin aneh bukan cuma bumi ini tapi manusianya juga sedikit aneh. Suka gengsian maaf-maafan duluan padahal ada alat canggih yang bisa kita gunakan untuk sekarang ini. Harapan saling menguatkan, harapan silaturahim masih terjalin walau hanya lewat gadget yang dilakukan di tahanan kita, yah rumah kita sendiri. Tap faktanya berbeda, tidak sesuai dengan ekspektasi.

Menjadi tahanan rumah sedikit istemawa dari tahanan lapas, jelas dong kalau tahanan lapas dijaga ketat oleh polisi kalau tahanan rumah dijaga  ketat oleh tugas rumah dan tugas online, tidak bisa dipungkiri seistemawa apapun menjadi tahanan rumah hakikatnya tetap sama dengan tahanan lapas, bosan, pengen lari, dan segala macamlah. Rumah adalah istana tapi saya rasa semegah apapun istana itu jika cuma di jadikan sebagai tahanan yah apa itu tidak membosankan?. Jiwa mau marah tapi ini takdir ketentuan dari-Nya, jiwa ingin sekali melanggar takdir dan kebijakan pemerintah tapi ini bukan tentang diri sendiri, ini tentang kita, tentang kita semua.

Jadi sedikit aneh lho klau ada sebagian kaum manusia yang masih saja suka berkeliaran bukan karena sesuatu yang penting tapi karena ketidaktahanan berdiam menjadi tahanan rumah. Yah saya sendiri tidak menyukai menjadi tahanan rumah tapi perlu kita menyadari bahwa ini masa yang sulit, masa dimana kita betul-betul harus di penjarakan, masa dimana kita harus tahu bahwa menjadi tahanan itu rumit, yah seperti ini. Mungkin ini pelajaran untuk kita. apalagi menjadi tahanan hati orang tanpa kepastian. Hehe canda.

Ini mungkin pelajaran dan akan menjadi pengalaman terberat kita bahwa berbuat sesuatu yang tidak mencerminkan keadilan pada bumi ini maka akan memperoleh ganjaran. Mungkin saja bumi kita meminta keadilan, mengapa? Yah karena makhluknya begitu egois buktinya saja di suruh stay home kan nggak kuat. Bayangkan Bagaimana dengan bumi kita yang menjadi korban dan pelampiasan keserakahan manusia-manusia. Bumi yang masih setia memberikan segalanya, tapi apa yang diberi manusia hanya menyakiti tidak merawat dan tidak membalas cinta kepada bumi kita.

Menjadi tahanan rumah akan mengajarkanku dan kalian, bagaimana agar kiranya lebih memahami yang sulit itu seperti apa, menjadi tahanan itu seperti apa. Sudahlah kebutulan ini hari yang fitri marilah memperkuat silaturahim walau melalui gadget dan media elektronik lainnya, toh bukankah ini idola kita semua bermain tekhnologi canggih sampai lupa dunia nyata, saatnya tekhnologinya di fungsikan jangan gengsianlah. Yang dulu pertemuan hanya sekedar bertemu tapi sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan gadget sendiri, nah sekarang sang maha Kuasa telah memberikan bonus untuk bermain gadget sepuasnya, yah karena dengan gadget yang jauh bisa dekat sedang didunia nyata jelas-jelas sudah berhadapan tetapi berasa jauh. Ini bukan hukuman tapi ini bukti cinta dari sang pemilik cinta, setidaknya ini akan membuat kita sadar bahwa pertemuan dunia nyata lebih asyik dari pertemuan dunia maya plus di lakukan di rumah aja dan kini menyandang status menjadi tahanan rumah. Semoga peristiwa ini mengajarkan betapa berharganya menghargai pertemuan nyata.

Sekian, semoga bermanfaat


Goresan penaku, 
Mamuju Tengah, 26 Mei 2020

Komentar

  1. Iyaaa KK selalu stay at home ya kk, silaturahmi nya lewat media sosial aja

    BalasHapus
  2. Dibiasakan supaya terbiasa d rumah

    BalasHapus
  3. Keren kak. Stay save, Stay at home.

    BalasHapus
  4. keren kk jadi thanan banyak hikmahnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer